expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

Sabtu, 06 September 2014

Kisah Michael Jordan Dan Nike | Kerjasama Pertama Antara Atelit Dan Produk Olahraga

Tidak perlu dipungkiri lagi, heboh sepatu (khususnya basket) sekarang ini bermula dari Michael Jordan dan Nike. Ketika keduanya bergabung pada 1984 lalu, industri sneaker resmi berubah. Berkat rintisan Jordan dan Nike itu, para bintang NBA sekarang (menular ke sepak bola dan cabang lain) mendapatkan kontrak besar untuk memakai merek sepatu bergengsi.
Sulit dipercaya, kerja sama itu terjadi tidak sepenuh hati. Waktu itu, menurut cerita majalah Kicks, Jordan aktif memakai Converse, dan dalam hati berambisi menjadi juru bicara Adidas.
Pada 1984 itu, Nike memang belum kondang. Mereka sudah berdiri 12 tahun, sudah punya reputasi hebat untuk sepatu lari. Hanya, untuk basket, mereka masih tertinggal jauh. Produk andalan sudah ada, bernama Air Force 1. Tapi, masih kalah populer dibanding merek lain.
Saat itu, Converse sudah mendominasi NBA selama 38 tahun. Dari lima pemain First Team 1983-1985, empat di antaranya memakai Converse. Mereka adalah Larry Bird, Magic Johnson, Isiah Thomas, dan Bernard King. Satunya lagi, Kareem Abdul-Jabbar, memakai Adidas.
Nike pun menginginkan perubahan strategi. Mereka ingin fokus ke satu pemain yang benar-benar dahsyat. Sonny Vaccaro, salah satu eksekutif Nike, menyebut nama Michael Jordan.
Penyebutan nama itu cukup mengejutkan. Sebab, Jordan belum masuk NBA, masih menjalani tahun keduanya di University of North Carolina. Vaccaro tetap ngotot mengejar bocah ajaib tersebut.
Ketika Jordan, masih 21 tahun, memutuskan meninggalkan kampus dan masuk NBA pada awal 1984, ternyata masih belum mudah bagi Nike untuk mendapatkan tanda tangannya.
Selama di North Carolina, Jordan nyaman memakai Converse. Merek yang sama dia pakai saat membela tim Amerika Serikat di Olimpiade 1984. Namun, dalam hati, Jordan ingin memakai Adidas, merek yang dia pakai selama SMA.
Menurut Associated Press, Nike menyodorkan kontrak senilai USD 2,5 juta, hampir sama dengan kontrak tahun pertamanya di NBA. Jordan belum menerima begitu saja. Kalau Adidas mau menyamai angka itu, dia memilih Adidas. Dasar takdir, Adidas menolak. Jordan pun pakai Nike, dan sejarah pun bergulir.
Sebenarnya, pada musim 1984-1985 itu, tak banyak yang menyangka Jordan bakal menjadi pemain terbaik dalam sejarah. Chicago Bulls sendiri tidak terlalu mengharapkan pemain bernomor jersey 23 tersebut, karena mereka sebenarnya mengharapkan seorang center.
“Dia pemain offensive yang hebat. Tapi, dia bukan pemain offensive yang superhebat,” kata Rod Thorn, general manager Bulls kala itu, seperti dilansir Chicago Tribune.
Pada musim perdana di NBA, 1984-1985, Jordan memakai Nike Air Jordan 1. Secara teknologi, tidak ada yang spektakuler. Nike Air Force 1 jauh lebih canggih. Tapi, ada faktor X yang membuat sepatu ini legendaris, dan Nike sangat pintar memanfaatkan peluang promosi.
Sepatu perdana Air Jordan 1 berwarna hitam merah. Meski sesuai warna Bulls, sepatu itu sebenarnya melanggar aturan NBA. Setiap bertanding, semua pemain dalam satu tim harus memakai sepatu dengan warna senada. Kalau satu putih, lainnya putih.
Nah, Jordan memakai hitam saat yang lain pakai putih. Ancaman pun datang dari NBA. Pelanggaran pertama akan dikenai denda USD 1.000. Pelanggaran kedua dihukum USD 5.000. Pelanggaran ketiga adalah larangan bermain.
Nike pun memaksa Jordan tetap memakai sepatu hitamnya dua kali. Mereka berjanji kepada Bulls akan membayar semua denda. Setelah itu, Nike mempromosikan Air Jordan 1 sebagai sepatu “terlarang.” Iklan televisi mereka bermain di kisaran larangan dan denda tersebut.
Orang pun heboh. Ditambah performa Jordan yang spektakuler, sepatu itu pun laris supermanis. Kabarnya, penjualan edisi perdana itu mencapai USD 100 juta.
Sejak saat itu, setiap tahun, Air Jordan baru keluar. Hampir setiap tahun ada inovasi baru. Nike bahkan mendirikan merek sendiri (Jordan Brand), menjadikan merek itu sebagai merek premium (kelas atas).
Dan tahun lalu, edisi ke-23 (XX3) beredar. Meski Jordan pensiun sejak 2003, sepatu itu tetap menjadi acuan utama kolektor dan penggemar basket. Mungkin, sepatu tersebut bakal menjadi salah satu Air Jordan paling populer dalam sejarah, berpotensi menyaingi popularitas seri pertama dan kedua. Sebab, inilah signature shoe terakhir Michael Jordan. Sejak dulu, Jordan Brand memang berencana mengakhiri seri tersebut di angka 23, angka keramat yang dipakai Jordan selama berkiprah di NBA.
“Franchise Air Jordan berhasil menciptakan seri sepatu paling diburu di dunia, sekaligus mengubah dunia basket selamanya,” kata Charlie Denson, Nike brand president, seperti dikutip Associated Press.
Seandainya pada 1984 Adidas mau menyamai penawaran Nike
sumber : http://yohanesimamora.wordpress.com/2011/09/26/kisah-michael-jordan-dan-nike/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar